Beranda Biografi Tokoh Dunia Biografi Alexander Agung, Kisah Sejarah Sang Penakluk Separuh Dunia

Biografi Alexander Agung, Kisah Sejarah Sang Penakluk Separuh Dunia

Biografiku.com | Alexander Agung dikenal dunia sebagai penakluk atau pemimpin terbesar yang pernah ada. Pemimpin yang berasal Makedonia ini dikenal dengan nama Alexander The Great atau Alexander Agung. Ia diakui sebagai salah seorang pemimpin militer paling jenius sepanjang zaman. Karena kejeniusan dan kepemimpinannya, wilayah kekuasaannya kala itu meliputi hampir separuh dunia.

Biografi Alexander Agung, Kisah Sejarah Sang Penakluk Separuh Dunia

Ia juga menjadi inspirasi bagi penakluk-penakluk seperti Hannibal, Pompey dan Caesar dari Romawi, dan Napoleon Bonaparte. Dalam masa pemerintahannya yang singkat, Alexander mampu menjadikan Makedonia sebagai salah satu kekaisaran terbesar di dunia.

Biodata Alexander Agung

Nama Aleksander III / Alexander Agung
LahirPella, Yunani, Juli 356 SM
WafatBabilon, Irak, Juni 323 SM
Orang TuaRaja Filipus II (Ayah), Olimpias (Ibu)
IstriRoxana (328 SM), Stateira II (325 SM), Parysatis II (325 SM)
AnakAleksander IV, Herakles
DikenalAleksander The Great

Biografi Alexander Agung

Alexander Agung dilahirkan pada tanggal 20 Juni 356 SM di Pella, ibu kota Makedonia, sebagai anak dari Raja Makedonia, Fillipus II, dan istrinya Olympias, seorang Putri dari Epirus.

Ia kemudian dikenal dengan nama Alexander III dari Makedonia. Ketika kecil, ia menyaksikan bagaimana ayahnya memperkuat pasukan Makedonia dan memenangkan berbagai pertempuran di wilayah Balkan.

Murid Aristoteles

Ketika berumur 13 tahun, Raja Filipus mempekerjakan filsuf Yunani terkenal yaitu Aristoteles, untuk menjadi guru pribadi bagi Alexander.

Dalam tiga tahun, Aristoteles mengajarkan berbagai hal serta mendorong Alexander untuk mencintai ilmu pengetahuan, kedokteran, dan filosofi.

Pada tahun 340 SM, Filipus mengumpulkan sepasukan besar tentara Makedonia dan menyerang Byzantium. Selama penyerangan itu, ia memberikan kekuasaan sementara kepada Alexander yang ketika itu berumur 16 tahun, untuk memimpin Macedonia.

Alexander Naik Tahta

Dalam biografi Alexander Agung yang dikutip dari eksiklopedia Britannica, diketahui bahwa ayahnya Raja Phillip II meninggal tahun 336 SM. Hal itu disebabkan karena dibunuh oleh pembunuh gelap pada saat pernikahan putrinya.

BACA JUGA :  Biografi Julius Caesar, Kisah Kaisar Romawi Paling Terkenal di Dunia

Alexander pun naik tahta menggantikan ayahnya pada usia 20 tahun. Sesaat setelah kematian Phillip, kota-kota di Yunani yang sebelumnya telah tunduk pada Makedonia seperti Athena dan Thebes memberontak.

Alexander segera bertindak dan berhasil menggagalkan pemberontakan tersebut. Namun, tahun beikutnya terjadi pemberontakan kembali, dia memutuskan untuk bertindak tegas dengan mengahancurkan Thebes dan menjual seluruh penduduknya sebagai budak. Kejadian ini berhasil memadamkan keinginan kota-kota lain untuk memberontak.

Memulai Ekspansi Untuk Menguasai Dunia

Tahun 335 SM, Alexander menyerang Persia dengan membawa sekitar 42.000 pasukan. Selama dua tahun berikutnya Alexander memenangkan berbagai pertempuran melawan pasukan Persia hingga akhirnya dia berhasil mengalahkan pasukan yang dipimpin oleh Raja Persia Darius III pada 333 SM.

Darius yang kabur berusaha untuk damai dengan menawarkan Alexander wilayah dan harta namun ditolak. Alexander mengatakan bahwa dia sekarang adalah Raja Asia dan hanya dia yang berhak menentukan pembagian wilayah.

Biografi Alexander Agung

Alexander kemudian meneruskan ekspansi militernya hingga berhasil menaklukkan wilayah Mesir hingga ke perbatasan India sebelum terpaksa berhenti karena prajuritnya yang kelelahan karena pertempuran terus-menerus selama sepuluh tahun.

Alexander kemudian kembali ke kerajaanya untuk merencanakan ekspansi baru. Selama perjalanan ia mengeksekusi banyak satrap (semacam gubernur) dan pejabat yang bertindak melenceng sebagai contoh.

Kemudian sebagai wujud terima kasih pada para prajuritnya, Alexander memberi sejumlah uang pada mereka dan menyatakan bahwa ia akan mengirim para veteran dan cacat kembali ke Makedonia.

Namun tindakan ini justru diartikan sebaliknya oleh prajurit Alexander. Selain itu, mereka juga menentang sejumlah keputusan Alexander.

Keputusan seperti mengadopsi budaya Persia dan dimasukkanya pasukan dari Persia ke dalam barisan prajurit dari Makedonia. Sejumlah Prajurit kemudian memberontak di kota Opis.

Alexander mengeksekusi para pemimpin pemberontakan tersebut, namun mengampuni para prajuritnya. Dalam upaya menciptakan perdamaian yang bertahan antara orang-orang Makedonia dan rakyat Persia.

Kematian Alexander Agung

Alexander mengadakan pernikahan massal antara para perwiranya dengan wanita bangsawan dari Persia. Akan tetapi, hanya sedikit pernikahan yang bertahan lebih dari setahun.

BACA JUGA :  Biografi Ibnu Khaldun - peletak dasar ilmu sosial dan politik Islam

Dalam Biografi Alexander Agung diketahui bahwa sewaktu di Babilonia, Alexander tiba-tiba terkena sakit parah dan mengalami demam selama 11 hari.

Namun sang penakluk Alexander The Great atau Alexander Agung akhirnya meninggal pada tanggal 10 Juni 323 SM, dalam usia sekitar 33 tahun. Penyebab kematian yang sesungguhnya tidak jelas.

Setelah kematian Alexander, tidak adanya ahli waris menyebabkan terjadi perpecahan dan pertempuran antara para bawahannya. Akhirnya, setelah perselisihan bertahun-bertahun, sekitar tahun 300 SM, kekuasaan atas bekas kerajaan Alexander terbagi menjadi 4 wilayah yang masing dikuasai salah satu jendral Alexander.

Alexander Agung dan Kekuasaannya

Dunia  pada saat kematian Alexander, menunjukkan kemaharajaannya dalam konteks geopolitik yang lebih besar. Walaupun hanya memerintah selama 13 tahun, semasa kepemimpinannya ia mampu membangun sebuah imperium yang lebih besar dari setiap imperium yang pernah ada sebelumnya.

Wilayah Kekuasaan Alexander Agung

Dalam biografi Alexander Agung diketahui bahwa pada saat ia meninggal, luas wilayah yang diperintah Alexander berukuran 50 kali lebih besar daripada yang diwariskan kepadanya serta mencakup tiga benua (Eropa, Afrika, dan Asia).

Penyatuan wilayah dari makedonia hingga persia oleh Alexander Agung menyebabkan terbetuknya perpaduaan kebudayaan Yunani, Mediterrrania, Mesir, dan Persia yang disebut dengan kebudayaan Hellenisme.

Pengaruh Hellenisme ini bahkan sampai ke India dan Cina. Khusus di Cina, pengaruh kebudayaan ini dapat ditelusuri di antaranya dengan artefak yang ditemukan di Tunhuang.

Alexander selama ekspansinya juga mendirikan beberapa kota yang semuanya dinamai berdasakan namanya, seperti Alexandria atau Alexandropolis. Salah satu dari kota bernama Alexandria yang berada di Mesir, kelak menjadi terkenal karena perpustakaannya yang lengkap dan bertahan hingga seribu tahun lamanya serta berkembang menjadi pusat pembelajaran terhebat di dunia pada masa itu.

Gelar The Great atau Agung di belakang namanya diberikan karena kehebatannya sebagai seorang raja dan pemimpin perang lain serta keberhasilanya menaklukkan wilayah yang sangat luas hanya dalam waktu 10 tahun.

Apakah Alexander Agung dan Iskandar Dzulkarnain Sama?

Alexander Agung adalah salah satu tokoh yang dianggap sebagai Dzulqarnain (Iskandar Zulkarnain) yang dapat ditemukan pula pada kitab suci Al Qur’an, Surah Al Kahfi 83-101. Dikisahkan ialah yang mengurung bangsa Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) – yang menurut hadist shahih, bangsa tersebut akan keluar di akhir zaman.

BACA JUGA :  Biografi Pythagoras - Kisah Sang Matematikawan Penemu Teorema Pythagoras

Riwayat ini bemula dari saat ia akan menaklukkan suatu daerah, penduduk tersebut tanpa disangka bersedia mengikutinya. Asal bangsa Yajuj dan Majuj dikurungnya. Maka Iskandar Dzulqarnain mengurung kedua bangsa tersebut. Dan para penduduk pun bersedia ditaklukkan dengan suka cita.

Anggapan tersebut datang dari kisah Alexander Romance yang sudah ada sebelum Islam. Beberapa allamah Muslim menolak anggapan Alexander Agung adalah Dzul Qarnain, sebab Alexander Agung bukanlah monoteis, sedangkan Dzul-Qarnain adalah penyembah Allah dan hanya seorang penguasa.

Setelah Iskandar Zulkarnain dapat menaklukkan negeri-negeri lainnya ditimur, barat, diutara dan diselatan, maka kerajaannya kini meliputi: Moroko, Rom, Yunani, Mesir, Persia dan India, sehingga merupakan sebuah kerajaan yang amat luas, yang belum pernah terjadi sebelumnya, dimana penduduknya kini hidup dengan aman, tenteram dan makmur.

Cita-cita Iskandar Zulkarnain telah dapat dicapainya, berkat pertolongan Allah, kerana dia selalu berlindung diri kepadaNya. Tetapi sayang setelah Iskandar Zulkarnain meninggal dunia, kerajaan yang besar dan bahagia itu menjadi berpecah-belah, kerana perebutan kekuasaan para pengikutnya yang ditinggalkannya.

Iskandar Zulkarnain yang bererti raja Timur dan Barat, telah dapat mempersatukan kerajaan Timur dengan kerajaan Barat, menjadi suatu kerajaan yang adil dan makmur, berkat ilmu dan pengetahuannya, serta berkat dasar ketuhanan yang selalu dipegangnya teguh dalam mendirikan kerajaan besar itu.

…Beliau adalah raja yang agung, yang merendahkan keagungannya dibawah naungan keagungan yang Esa.. Beliau adalah raja yang agung, yang keagungannya anugrah dari yang maha agung.. Beliau adalah raja yang bijaksana, yang kebijaksanaannya adalah amanah dari yang kuasa

Cita-cita Iskandar Zulkarnain yang suci murni dan maha besar itu, untuk sementara telah dilanggar oleh manusia yang berkuasa sesudahnya. Tetapi pada saatnya nanti cita-cita ini akan menjelma lagi serta menjadi kenyataan.

Sehingga akan berdiri nanti sebuah negara yang terdiri atas Timur dan Barat, yang adil dan makmur. Kita sedang menunggu berdirinya negera itu, menunggu-nunggu kedatangan Iskandar Zulkarnain abad keduapuluh.

Advertisement