Beranda Pahlawan Nasional Biografi dr. Kariadi, Pahlawan yang Gugur Saat Meneliti Air yang Diracun.

Biografi dr. Kariadi, Pahlawan yang Gugur Saat Meneliti Air yang Diracun.

Biografiku.com | dr. Kariadi dikenal sebagai salah satu pahlawan medis Indonesia. Dokter asal Semarang ini gugur tertembak saat sedang meneliti air yang diracun oleh tentara Jepang. Nama dr. Kariadi bahkan diabadikan sebagai nama Rumah Sakit yakni Rumah Sakit Dr Kariadi yang berlokasi di Semarang. Bagaimana kisahnya?

Biografi dr. Kariadi, Pahlawan yang Gugur Saat Meneliti Air yang Diracun.

Biografi dr. Kariadi

Kariadi lahir di Malang pada tanggal 15 September 1905, kedua orang tuanya adalah pribumi yang menghabiskan waktu di ladang. Beliau memulai pendidikan sekolah dasar di Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Malang. Pada tahun 1920 berhasil menamatkan sekolah menengah di HIS Sidoarjo. Pada tahun 1921 masuk pendidikan kedokteran di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) di Surabaya. Salah satu Sekolah Kedokteran untuk Pribumi, dan lulus pada tahun 1931.

Mengabdikan Diri pada Bidang Kedokteran

Berkat kecerdasannya beliau diangkat menjadi asisten tokoh pergerakan Budi Utomo, yaitu Dr. Soetomo. Pada waktu itu bertugas di Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (CBZ) di Surabaya. Beliau mengabdi kurang lebih tiga tahun kemudian dipindahtugaskan ke Manokwari, sebagai relawan kesehatan masyarakat. Berdasarkan biografi dr Kariadi beliau dipindahkan ke Kroya, setelah tiga tahun di Tanah Papua. Belum genap 2 tahun bertugas dipindah ke luar Jawa tepatnya di Martapura.

biografi dr. Kariadi

Sebelum Kariadi menyetujui pindah tugas ke Kroya, beliau lebih dulu menikahi kekasihnya bernama drg. Soenarti. Istri Kariadi merupakan seorang dokter gigi lulusan STOVIT, lulus sebagai dokter gigi pribumi pertama di Hindia Belanda.

Kemudian pada tanggal 1 Juli 1942 Kariadi beserta istri ditugaskan di kota Semarang. Kariadi diamanahi sebagai Kepala Laboratorium Malaria di Rumah Sakit Pusat Rakyat (RS Purusara). Dimana saat itu aula rumah sakit dijadikan markas perjuangan pemuda Semarang.

BACA JUGA :  Biografi Haji Agus Salim, Kisah Pejuang Kemerdekaan Indonesia

Gugurnya Sang Dokter Pejuang Saat Meneliti Air yang Diracun

Pasca proklamasi dikumandangkan pemuda Semarang berusaha melucuti senjata tentara Jepang, yang bermarkas di Jatingaleh Kota Semarang. Dalam biografi dr Kariadi diceritakan bahwa pada tanggal 13 Oktober 1942 pasukan Jepang semakin terdesak.

Peristiwa pertempuran 5 hari di Semarang merupakan rangkaian perang, antara rakyat Indonesia dengan tentara Jepang pada masa transisi. Dimulai ketika Jepang mendarat di Pulau Jawa pada 1 Maret 1942, disusul menyerahnya kolonial Belanda pada 8 Maret 1942. Tiga tahun kemudian situasi kota Semarang memanas dan pecahlah peperangan.

Tepat tanggal 14 Oktober 1942 Mayor Kido menolak untuk menyerahkan senjata. Alhasil membuat para pemuda menjadi geram dan mulai melawan konfrontasi. Aula Rumah Sakit Purusara dijadikan markas perjuangan rakyat, membuat para petugas rumah sakit turut aktif dalam upaya menghadapi Jepang.

Tidak ketinggal dokter Kariadi yang terlibat menjadi penjuang, sekaligus menyelamatkan para pejuang. Beliau mengkondisikan obat-obatan dan juga makanan layak untuk pejuang. Terkadang Kariadi turut memberikan ide taktik perang gerilya bersama para pemuda.

Biografi dr. Kariadi

Puncaknya di tanggal 14 Oktober 1945 pukul 06.30 dimana para pemuda rumah sakit, mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat RS Purusara. Dengan taktik yang telah direncanakan para pemuda menyita sedan milik Kempetai, dan merampasa persenjataan mereka. Sementara pemuda lainnya mencari tentara Jepang dan menjebloskannya ke Penjara Bulu.

Dalam biografi dr Kariadi menceritakan kala itu selepas magrib, sang dokter mendapatkan telepon dari Kepala Rumah Sakit Purusara. Beliau ditugaskan untuk mengecek kebenaran informasi, karena terdapat isu bahwa Reservoir Siranda diracun oleh tentara Jepang. Mengingat tempat tersebut merupakan sumber air minum warga Semarang, dokter Kariadi segera mengambil tindakan.

BACA JUGA :  Biografi Kapitan Pattimura, Kisah Perlawanan Sang Pahlawan Nasional dari Maluku

Ketika hendak berangkat dokter Kariadi sempat mendapat tentangan dari pihak keluarga. Istri Kariadi mengkhawatirkan kondisi di luar sana, dimana kekacauan antara pemuda dengan Jepang tidak bisa dikendalikan. Namun jiwa nasionalis dan dedikasinya menolak untuk berdiam diri, beliau bersikeras mengecek keamanan sumber air minum tersebut.

Meskipun suasana kota Semarang sangat mencekam tidak melunturkan niat dokter, sebab nasib ribuan warga berada di tangannya. Sayangnya tentara Jepang berusaha menggagalkan usahanya, pasukan bersenjata tersebut membunuh dokter Kariadi di lokasi bersamam dengan delapan karyawan RS Purusara.

Penyebab Peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang

Tewasnya dr. Kariadi ini terjadi pada saat peristiwa dimana sisa-sisa tentara Jepang di Indonesia beralasan menyelamatkan para tawanan orang jepang. Gugurnya dr. Kariadi juga menjadi pemicu atau penyebab dari peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang atau atau dikenal dengan sebutan Palagan 5 Dina. Pertempuran ini melibatkan para TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang dibantu rakyat Indonesia melawan sisa sisa tentara Jepang.

Dalam biografi dr. Kariadi, Menurut penuturan anak dr Kariadi yakni Prof. Dr. Sri Hartini K.S. Kariadi, dr., Sp.PD-KEMD menyebutkan bahwa sebelum gugur, kemungkinan ayahnya dipukul dengan benda keras sebelum ditembak. Jasad dr. Kariadi kemudian dimakamkan di halaman RS Purusara. Pada tahun 1961, Makam dr. Kariadi dipindahhkan ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang.

biografi dr kariadi

Penghargaan Satyalencana

Atas jasa dan pengorbanan dr. Kariadi, pemerintah Indonesia melalui presiden Soeharto kemudian memberikan penghargaan berupa Satyalencana Kebaktian Sosial. Sementara RS Purusara tempat dr. Kariadi gugur kemudian diganti namanya menjadi RS dr Kariadi Semarang sebagai penghormatan atas pengorbanan dr Kariadi.

Dokter Kariadi dikenang karena dedikasianya terhadap bidang kesehatan, membantu pasien tanpa pamrih. Selama pertempuran lima hari Semarang berlangsung, beliau turut membakar semangat juang para pemuda. Di tengah pertempuran yang mencekam beliau tetap bersikeras, untuk mengecek kebenaran isu racun di sumber air minum warga. Namun perjuangan Kariadi harus berhenti, kala tentara Jepang menembak tepat di dadanya.

Advertisement