Beranda Pahlawan Nasional 10 Biografi Pahlawan Nasional Indonesia Singkat & Daerahnya

10 Biografi Pahlawan Nasional Indonesia Singkat & Daerahnya

Biografiku.com | Gelar penghargaan Pahlawan Nasional Indonesia merupakan gelar penghargaan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia kepada mereka yang berjuangan serta berjasa bagi negara Indonesia.

Mereka yang diberi gelar pahlawan dikenal karena pengorbanan serta keberaniannya dalam membela negara. Berikut daftar 10 Biografi Pahlawan Nasional Indonesia paling terkenal.

10 Biografi Pahlawan Nasional Indonesia & Daerahnya

Ir. Soekarno

Ir Soekarno adalah salah satu sosok pahlawan nasional yang berasal dari surabaya. Ia adalah tokoh paling terkenal di Indonesia. Ia dikenal sebagai seorang proklamator serta presiden pertama Indonesia.

Biografi Soekarno

Pria yang kelahiran Surabaya, 6 Juni 1901 ini memiliki nama asli Koesno Sosrodihardjo. Namun karena sering sakit-sakitan ia kemudian mengganti namanya menjadi Soekarno. Setelah menamatkan pendidikannya HLS, ia kemudian bersekolah di HBS (Hogere Burger School) Surabaya. Soekarno tinggal di rumah HOS Cokroaminoto. Di rumah tersebut, ia akrab dengan Muso, Alimin, Kartosuwiro.

Setelah tamat HBS, ia kemudian pindah ke Bandung dan kuliah di Technische Hoogeschool (THS) yang kemudian dikenal dengan nama ITB (Institut Teknologi Bandung). Di Bandung, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) yang kemudian dikenal dengan nama PNI (Partai Nasional Indonesia) yang bertujuan mendorong Indonesia merdeka.

Tindakannya ini membuat Soekarno ditangkap oleh Belanda dan dijebloskan ke penjara Banceuy, Bandung dan dipindahkan ke penjara Sukamiskin. Soekarno kemudian disidang oleh pengadilan Belanda atas tindakannya. Dalam persidangan ini, Soekarno kemudian membuat pembelaan yang terkenal dengan nama ‘Indonesia Menggugat‘.

Setelah bebas dari penjara pada tahun 1931, Soekarno ditangkap kembali dan kemudian diasingkan ke Flores. Dari Flores ia kemudian dibuang ke Bengkulu. Ketika Jepang berkuasa pada tahun 1942, Soekarno kembali ke Jakarta. Soekarno bersama dengan tokoh lainnya masuk dalam panitia BPUPKI dan PPKI yang bertujuan untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Soekarno juga adalah tokoh yang merumuskan Pancasila sebagai ideologi negara serta UUD sebagai dasar negara. Menjelang proklamasi kemerdekaan, Soekarno serta Mohammad Hatta diculik oleh kaum muda dan dibawa ke Rengasdengklok. Soekarno bersama dengan Mohammad Hatta kemudian memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di rumahnya Jalan Pegangsaan Timur No. 56 pada tanggal 17 Agustus 1945.

Setelah itu, Soekarno diangkat sebagai Presiden pertama Republik Indonesia didampingi oleh Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Selama masa pemerintahannya terjadi banyak pemberontakan di berbagai daerah. Seperti pemberontakan PKI yang dilakukan oleh Muso, Pemberontakan Amir Syarifudin, Pemberontakan Permesta, Pemberontakan RMS, Pemberontakan APRA oleh Westeling serta pemberontakan Darul Islam atau DI/TII oleh Kartosuwiryo.

Pergolakan politik hebat terjadi pada tahun 1965 ditandai dengan meletusnya pemberontakan G30S/PKI yang didalangi oleh PKI. pasca pemberontakan itu, kondisi negara menjadi kacau. MPRS kemudian memberhentikan Ir. Soekarno sebagai Presiden Indonesia dan menunjuk Soeharto sebagai presiden yang baru. Ir. Soekarno lebih banyak menghabiskan waktunya di Istana Bogor setelah tidak lagi menjadi presiden. Setelah itu, Soekarno ditahan oleh pemerintahan orde baru di Wisma Yaso.

Kondisi kesehatannya yang terus menurun membuat proklamator ini dirawat di RSPAD Gatot Subroto. Tanggal 21 Juni 1970, Ir Soekarno meninggal dunia. Ia dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.
Atas jasa jasa Ir. Soekarno, Pemerintah Indonesia kemudian menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada proklamator Indonesia ini.

Baca Biografi Ir. Soekarno Lengkap

Mohammad Hatta

Mohammad Hatta dikenal sebagai salah satu tokoh pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Sumatera Barat. Ia merupakan proklamator kemerdekaan serta wakil presiden Indonesia yang pertama.

Biografi Mohammad Hatta

Pria kelahiran 12 Agustus 1902 di Bukittinggi ini juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Bung Hatta menghabiskan masa sekolahnya di Padang. Setelah itu ia kemudian berangkat ke Belanda dan kuliah di Universitas Erasmus Rotterdam.

Di bangku kuliah, Mohammad Hatta terlibat dalam pergerakan politik dengan tujuan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia sempat menjadi ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda.

Namun karena kegiatan politiknya itu membuat Mohammad Hatta ditangkap oleh pemerintah Belanda. Ia kemudian dibebaskan beberapa bulan kemudian karena tak cukup bukti. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Belanda, Moh Hatta kemudian mengundurkan diri dari Perhimpunan Indonesia dan kembali ke Indonesia.

Di Indonesia, Mohammad Hatta aktif menulis artikel politik di majalah Daulat Ra’jat. Ia tangkap oleh Belanda dan ditahan di penjara penjara Glodok dan Cipinang kemudian dibuang ke Boven Digoel, Papua tahun 1935 dan kemudian dipindahkan ke Bandaneira, Maluku.

Mohammad Hatta kembali ke Jakarta saat Jepang mengusai Indonesia. Bersama dengan Ir Soekarno, Moh Hatta tergabung dalam BPUPKI dan PPUPKI yang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Walaupun sempat diculik ke Rengadengklok tanggal 16 agustus 1945, Soekarno bersama dengan Mohammad Hatta bisa memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Setelah itu, Moh Hatta kemudian diangkat sebagai Wakil Presiden Indonesia pertama mendampingi Ir Soekarno sebagai presiden Indonesia pertama.

BACA JUGA :  Biografi Letjen R. Suprapto, Kisah Perjalanan sang Pahlawan Revolusi

Pasca kemerderkaan Indonesia, Bung Hatta sempat menjadi perdana menteri ketika Indonesia berstatus RIS. Namun setelah itu ia kemudian kembali menjadi wakil presiden Indonesia.

Selama hidupnya, Mohammad Hatta banyak menulis artikel dan buku mengenai Ekonomi serta koperasi. Tak heran bila ia disebut sebagai ekonom Indonesia serta Bapak Koperasi Indonesia.

Sang proklamator Mohammad Hatta meninggal dunia di Rumah Sakit Dr Tjipto Mangunkusumo, Jakarta pada tanggal 14 Maret 1980 dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir.

Baca Biografi Mohammad Hatta lengkap

R.A Kartini

RA Kartini dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional wanita yang berasal dari Jepara, Jawa tengah. Wanita kelahiran Jepara, 21 April 1879 ini dikenal karena perjuangannya dalam emansipasi wanita Indonesia.

Biografi RA Kartini

RA Kartini terlahir dari keluarga bangsawan. Statusnya tersebut membuat ia dapat memperoleh pendidikan yang pendidikan yang layak. Setelah menyelesaikan pendidikannya di ELS yang setara sekolah dasar, Kartini kemudian ‘dipingit‘ menurut kebiasaan masyarakat Jawa.

Tinggal di rumah, Kartini banyak membaca buku serta majalah terbitan Eropa. Ia juga rajin melakukan korespondensi atau surat menyurat dengan teman-temannya di Eropa. Hal ini membuka pemikiran RA Kartini mengenai pengetahuan, kebudayaan serta masalah sosial yang terjadi disekitarnya khususnya masalah emansipasi wanita pribumi.

Setelah menikah dengan Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, Kartini kemudian mendirikan sekolah wanita pertama di Rembang dibantu oleh suaminya yang seorang bupati. Kartini juga banyak menulis surat yang berisi pemikiran mengenai kondisi wanita pribumi dan persamaan hak wanita pribumi dalam memperoleh pendidikan serta kebebasan di tengah masyarakat.

Namun pahlawan emansipasi wanita ini wafat diusia muda yakni 24 tahun pada tanggal 17 September 1904 usai melahirkan anak pertamanya. Sepeninggal Kartini, surat-suratnya kemudian dikumpulkan dan disusun menjadi sebuah buku yang berjudul ‘Habis Gelap terbitlah Terang‘.

Atas jasa jasa RA Kartini, pemerintah Indonesia melalui presiden Soekarno menetapkan RA Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Indonesia. Bahkan hari lahir RA Kartini yakni 21 April diperingati sebagai Hari Kartini.

Baca Biografi RA Kartini Lengkap

Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara selain dikenal sebagai seorang pahlawan nasional, ia juga dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Perkembangan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari peran Ki Hajar Dewantara.

Biografi Ki Hajar Dewantara

Pria kelahiran Yogyakarta 2 Mei 1889 ini mengenyam pendidikan di sekolah khusus anak Belanda dan Bangsawan yakni ELS. Setelah itu ia melanjutkan sekolahnya di STOVIA, sekolah kedokteran khusus untuk pribumi namun ia tak selesai.

Ia lebih menyukai jurnalistik dan menjadi wartawan di berbagai surat kabar. Tulisan-tulisannya sangat tajam mengkritik pemerintahan kolonial Belanda. Hal ini membuat ia sempat ditangkap dan dibuang ke pulau Bangka.

Dari Pulau Bangka, Ki Hajar Dewantara kemudian diasingkan ke Belanda bersama dengan dr. Tjipto Mangunkusumo serta Douwes Dekker. Di Belanda, Ki Hajar Dewantar memperoleh ijazah pendidikan yakni Europeesche Akte yang kemudian dipakai mendirikan lembaga pendidikan di Indonesia.

Setelah kembali ke Indonesia, Ki Hajar Dewantara kemudian mendirikan lembaga pendidikan bernama Taman Siswa atau Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa pada tahun 1922.

Ki Hajar Dewantara juga mencetuskan semboyan yang kini dipakai dalam pendidikan di Indonesia yakni Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi contoh), Ing madyo mangun karso, (di tengah memberi semangat), serta Tut Wuri Handayani, (di belakang memberi dorongan).

Setelah Indonesia Merdeka pada tahun 1945, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri pengajaran Indonesia yang kini dikenal sebagai Menteri Pendidikan.

Bapak Pendidikan Nasional Indonesia ini wafat pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta. Atas jasa jasa Ki Hajar Dewantara, pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional Indonesia. Hari lahirnya juga diperingati sebagai hari pendidikan.

Baca Biografi Ki hajar Dewantara Lengkap

Jenderal Besar Sudirman

Jenderal Besar Sudirman merupakan salah satu pahlawan yang sudah tidak asing lagi di Indonesia. Namanya sangat terkenal diseluruh Indonesia. Ia merupakan salah satu tokoh militer yang mampu meraih pangkat hingga jenderal besar (bintang lima) dalam tubuh TNI.

Biografi Jenderal Sudirman

Pria kelahiran Purbalingga 24 Januari 1916 sebelumnya berlatar belakang sebagai seorang guru. Walaupun terlahir di keluarga miskin, Jenderal Sudirman kala itu mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar serta berorganisasi.

Setelah lulus di sekolah calon guru Kweekschool, Sudirman kala itu kemudian mengajar di Cilacap sebagai seorang guru di sekolah Muhammadiyah. Ketika Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942, Sekolah tempat Sudirman mengajar ditutup dan diubah menjadi pos militer oleh Jepang.

Setelah itu, Sudirman memilih masuk di militer dan bergabung dengan PETA (Pasukan Pembela Tanah Air) di Bogor. Setelah lulus pendidikan ia kemudian menjadi komandan batalyon.

Pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Soekarno kemudian menunjuk Sudirman sebagai Panglima TKR (Tentara Keamanan Rakyat) menggantikan Supriyadi yang menghilang misterius.

Ketika agresi militer Belanda terjadi di Indonesia, Jenderal Sudirman sebagai panglima TKR memimpin pasukannnya melawan Inggris di Ambarawa.

BACA JUGA :  Kisah 10 Biografi Pahlawan Revolusi Indonesia Beserta Biodata Lengkapnya

Ketika Jakarta serta Yogyakarta kala itu dikuasai oleh Belanda, Jenderal Sudirman kemudian melakukan perang gerilya selama tujuh bulan dari hutan ke hutan bersama dengan pasukannya. Namun karena penyakit TBC nya yang semakin parah membuat Jenderal Sudirman kemudian kembali dari bergerilya.

Kondisi penyakitnya yang semakin parah membuat Jenderal Sudirman kala itu dirawat di Magelang pada tahun 1949. Pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, Sudirman diangkat sebagai Jenderal Besar.

Setelah lama berjuang melawan penyakit TBC yang ia derita, Jenderal Besar Sudirman wafat pada tanggal 29 Januari 1950 di Magelang. Ia kemudian dimakamkan di Yogyakarta disamping makam jenderal Urip Sumoharjo. Atas jasanya, Jenderal Besar Sudirman dianugerahi gelar pahlawan nasional kemerdekaan Indonesia.

Baca Biografi Jenderal Sudirman Lengkap

Pangeran Diponegoro

Ia dikenal sebagai salah satu tokoh paling terkenal dalam perang diponegoro. Perang tersebut merupakan salah satu perang paling besar dan paling lama yang terjadi di tanah Jawa.

Biografi Pangeran Diponegoro

Pria kelahiran Yogyakarta, 11 November 1785 ini memimpin perlawanan melawan pemerintah kolonial Belanda. Berawal dari usaha Belanda yang membangun jalan melintasi makam leluhur pangeran Diponegoro membuat Pangeran Diponegoro tersinggung dan marah.

Pangeran Diponegoro yang merupakan putera dari Sultan Hamengkubuwono III mengangkat senjata melawan pemerintah kolonial Belanda dan mengobarkan perang Diponegoro.

Walau sempat dikepung oleh Belanda dikediamannya, Pangeran Diponegoro berhasil meloloskan diri bersama dengan keluarga serta pasukannya. Mereka kemudian mendirikan markas di Gua Selarong, Bantul.

Perang berlangsung selama lima tahun. Pangeran Diponegoro dibantu oleh rakyat serta 15 orang Pangeran melakukan perlawanan sengit dengan Belanda. Berbagai cara dilakukan oleh Belanda untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Mulai dari mengerahkan ribuan pasukan untuk menangkap Pangeran Diponegoro hingga melakukan sayembara menawarkan hadiah bagi siapa saja yang berhasil menangkap pengeran Diponegoro.

Namun cara yang dilakukan oleh Belanda selalu gagal. Akhirnya Belanda kemudian mengajak Pangeran Diponegoro mengadakan perundingan di Magelang. Perundingan kemudian dilakukan, Belanda mendesak agar Pangeran Diponegoro menghentikan perlawanan namun Pangeran Diponegoro Menolak.

Penolakan ini membuat Belanda kemudian mengepung dan menangkap Pangeran Diponegoro. Setelah ditangkap, Pangeran Diponegoro dibawa ke Semarang kemudian dibawa ke Batavia.

Pangeran Diponegoro beserta keluarganya kemudian diasingkan ke Manado. Setelah itu, ia kemudian dibawa ke Makassar dan ditahan di Benteng Rotterdam pada tahun 1934.

Ia ditahan disana hingga wafat pada tanggal 18 Januari 1855. Jasadkan kemudian dimakamkan di Kampung Jawa, Kota Makassar. Perjuangannya kemudian dilanjutkan oleh anak-anaknya. Atas jasa-jasanya, Pemerintah Indonesia kemudian menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Pangeran Diponegoro.

Baca Biografi Pangeran Diponegoro Lengkap dan singkat

Sultan Hasanuddin

Sultan Hasanuddin dikenal sebagai pahlawan nasional yang berasal dari daerah Makassar, Sulawesi Selatan. Ia merupakan penguasa kesultanan kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan.

Biografi Sultan Hasanuddin

Keberanian Sultan Hasanuddin melawan Belanda membuat ia dijuluki ‘Ayam Jantan Dari Timur’ atau de Haav van de Oesten. Pria yang lahir tanggal 12 Januari 1631 ini merupakan raja yang berhasil membawa kerajaan Gowa dipuncak kejayaannya di wilayah Indonesia Timur. Kerajaan tersebut juga menguasai jalur perdagangan rempah-rempah di wilayah Indonesia Timur.

VOC yang kala itu merupakan perusahaan dagang Belanda ingin memonopoli dan menguasai jalur perdagangan di Indonesia Timur. Hal ini membuat Sultan Hasanuddin tidak suka.

Belanda melalui armadanya beberapa kali menyerang kerajaan Gowa yang belum ditundukkannya namun selalu gagal. Hal ini karena kuatnya pertahanan kerajaan Gowa melalui benteng Somba Opu serta armada lautnya yang dikenal kuat.

Perang antara Kerajaan Gowa dan VOC Belanda dimulai pada tahun 1660. Pasukan Belanda bahkan dibantu oleh Arung Palakka yang merupakan penguasa dari Kerajaan Bone. Beberapa kali perang, beberapa kali pula melakukan perdamaian.

Hingga puncaknya Sultan Hasanuddin yang merasa dirugikan dengan perjanjian damai tersebut merompak dua kapal Belanda. Hal ini mmebuat Belanda mengirimkan armada perangnya untuk menundukkan kerajaan Gowa dan Sultan Hasanuddin.

Armada pasukan Belanda dipimpin oleh Cornelis Speelman dibantu oleh Kapiten Jonker dari Maluku serta Arung Palakka dari kerajaan Bone. Perang besar melutus antara Pasukan Kerajaan Makassar melawan Belanda. Perang tersebut dikenal dengan Perang Makassar.

Perang tersebut membuat Sultan Hasanuddin terdesak. Ia kemudian mengadakan perjanjian dengan Belanda yang dikenal dengan nama Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Dua tahun kemudian yakni 1668, Sultan Hasanuddin kembali menyerang Belanda namun upayanya dapat dipadamkan oleh Belanda yang semakin kuat.

Pertahanan terakhir kerajaan Gowa yakni Benteng Somba Opu kemudian jatuh ke tangan Belanda. Belanda kemudian berhasil menguasai kerajaan Gowa dan membuat Sultan Hasanuddin menyerah dan mengakui kekuasaan Belanda.

Setelah mengundurkan diri sebagai sultan kerajaan Gowa, Sultan Hasanuddin tutup usia pada tanggal 16 Juni 1670. Ia kemudian dimakamkan di pemakaman raja-raja Gowa di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Karena perjuangannya melawan pemerintah kolonial Belanda, maka pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Hasanuddin.

Baca Biografi Sultan Hasanuddin Lengkap

Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol merupakan Pahlawan Nasional yang berasal dari daerah Minangkabau, Sumatera Barat. Tuanku Imam Bonjol adalah tokoh penting dalam perang Padri, yakni perang besar yang melibatkan kaum Padri yang berasal dari kalangan ulama dan kaum Adat yang berasal dari rakyat kerajaan Pagaruyung.

10 Biografi Pahlawan Nasional Indonesia Singkat & Daerahnya

Sebab Perang Padri adalah kaum Padri yang berasal dari ulama ingin agar hukum di kerajaan Pagaruyung sesuai dengan syariah islam sementara kaum adat tidak sepakat akan hal tersebut.

BACA JUGA :  Biografi Gatot Subroto, Pahlawan Nasional Pendiri AKABRI

Ini kemudian memunculkan pertentangan antara kaum padri dan kaum adat. Yang pada akhirnya kaum Padri kemudian menyerang wilayah Pagaruyung tahun 1815. Kaum Adat kemudian bekerja sama dengan Belanda untuk melawan kaum Padri. Belanda kemudian meminta wilayah darek atas kerjasama ini.

Tuanku Imam Bonjol memimpin kaum Padri melawan Belanda dan kaum adat. Pertempuran ini cukup menguras kekuatan Belanda yang sedang berupaya memadamkan perang di wilayah lain seperti di Jawa.

Belanda sempat mengadakan perjanjian damai dengan Tuanku Imam Bonjol. namun perjanjian damai itu dirusak oleh Belanda juga dengan menyerang wilayah Pagari Sikek.

Di tahun 1833, Kaum Padri yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol bersatu dengan kaum Adat melawan Belanda. Mereka bahu membahu melakukan perlawanan dengan Belanda.

Belanda kemudian melakukan pengepungan terhadap benteng kaum Padri di Bonjol dimana Tuanku Imam Bonjol bertahan. Belanda kemudian mengirimkan pasukan besar yang berasal dari luar daerah seperti Batavia. Sebagian besar pasukan Belanda terdiri dari kaum pribumi yang berasal dari luar daerah.

Pada tahun 1837, Selama beberapa bulan pasukan Belanda dengan kekuatan ribuan pasukan terus mengepung pertahanan kaum Padri di Bonjol. Hal ini membuat kaum Padri dan Tuanku Imam Bonjol semakin terdesak.

Pengepungan ini membuat pria kelahiran Bonjol, 1772 ini menyerah di bulan oktober 1837. Tuanku Imam Bonjol kemudian ditahan dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Setelah ia dibawa ke Ambon dan diasingkan ke Minahasa, Sulawesi Utara. Di tempat terakhir itu, Tuanku Imam Bonjol wafat pada tanggal 8 November 1864. Ia dimakamkan ditempat pengasingannya tersebut.

Pemerintah Indonesia kemudian mengangkatnya sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973 tertanggal tanggal 6 November 1973.

Baca Biografi Tuanku Imam Bonjol Lengkap

Kapitan Pattimura

Kapitan Pattimura merupakan pahlawan nasional Indonesia yang terkenal dengan perlawanannya melawan Belanda di Maluku. Pria kelahiran Saparua, Maluku 8 Juni 1783 ini merupakan tokoh penting dalam perang Maluku.

Biografi Kapitan Pattimura

Sebelumnya Pattimura pernah berkarir sebagai sersan militer kerajaan Inggris. Namun penyerahan kekuasaan pada tahun 1816 kepada Belanda membuat Belanda kemudian memaksakan kehendaknya di Maluku seperti Monopoli perdagangan rempah-rempah, Pajak Tanah serta pelayaran Hongi.

Para raja-raja, Kapitan serta tokoh adat dan rakyat kemudian mengangkat senjata melawan Belanda. Mereka dipimpin oleh Pattimura yang kemudian mengatur strategi perang.

Dalam perjuangannya, Pattimura sempat menguasai beberapa lokasi pertahanan Belanda seperti benteng Duurstede, wilayah Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jasirah Hitu di Pulau Ambon serta Seram Selatan.

Namun politik adu domba yang dijalankan oleh Belanda membuat Pattimura berhasil tertangkap oleh Belanda. Ia kemudian diadili oleh Belanda dan dihukum gantung di depan benteng Victoria, Ambon pada tahun 1817. Atas jasa-jasa Kapitan Pattimura, Pemerintah Indonesia kemudian menganugerahkan gelar pahlawan nasional Indonesia kepada Pattimura sang pejuang dari Maluku.

Baca Biografi Kapitan Pattimura Lengkap

Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien dikenal sebagai pahlawan nasional wanita asal Aceh. Ia merupakan tokoh penting dalam perang Aceh bersama dengan Teuku Umar serta Cut Nyak Meutia.

Biografi Cut Nyak Dien

Perang Aceh berawal dari tembakan meriam kapal Belanda ke daratan Aceh pada tahun 1873. Suaminya Teuku Cek Ibrahim Lamnga ikut bertempur melawan Belanda tewas tertembak pada tahun 1878.

Peristiwa ini membuat Cut Nyak Dien marah dan ikut terjun dalam pertempuran melawan Belanda. Ia kemudian menikah dengan Teuku Umar yang juga salah satu pejuang terkenal di Aceh.

Cut Nyak Dien bersama dengan Teuku Umar bergerilya berpindah pindah dan terus menekan Belanda. Walaupun sempat ‘menyerahkan diri’ kepada Belanda, Cut Nyak Dien dan Teuku Umar ternyata hanya ingin menggalang kekuatan untuk menyerang balik Belanda.

Setelah kekuatan dirasa cukup, Cut Nyak Dien dan Teuku Umar berbalik menyerang Belanda. hal ini membuat Belanda marah besar hingga mengirim unit ‘Maréchaussée‘ yang dikenal biadab dan bengis.

Teuku Umar gugur tertembak pada tahun 1899. Cut Nyak Dien tetap melanjutkan perjuangan suaminya dengan bergerilya. Ia bersama dengan pasukan kecilnya.

Namun kondisinya terus memprihatinkan terutama karena penyakit encok serta matanya yang telah rabun. Cut Nyak Dien akhirnya tertangkap oleh Belanda dan kemudian dibawa ke Banda Aceh. Dari Aceh, Cut Nyak Dien kemudian dibuang ke Sumedang, Jawa Barat.

Ia wafat pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan disana. Pemerintah kemudian memberikan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada Cut Nyak Dien melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.

Baca Biografi Cut Nyak Dien Lengkap

Itulah biografi pahlawan nasional Indonesia secara singkat. Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Advertisement